MAKALAH
(Praktikum Biologi Umum)
Disusun oleh :
Nursiah-H0417334
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dari
dahulu sampai sekarang salah satu persoalan yang sering diperbincangkan dan
sangat menarik untuk diperbincangkan adalah tentang manusia. Perbincangan
tersebut meliputi tentang bagaimana penciptaan manusia? Siapa manusia itu?
Mengapa manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang berbeda dari
makhluk lainnya? Dan bagaimana eksistensinya di hadapan Allah SWT?
Dalam
islam, manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang berbeda dari
makhluk lainnya. Dikatakan berbeda karena Allah SWT memberikan kemampuan
berpikir kepada manusia sedangakan tidak untuk makhluk lainnya. Tetapi, ketika
kemampuan itu disalahgunakan oleh manusia maka manusia akan menjadi makhluk
yang sangat rendah daripada makhluk lainnya.
Berdasarkan
penjelasan di atas dan sebagai salah satu makhluk Allah SWT yang ditakdirkan
diciptakan dalam bentuk manusia, sudah seharusnya kita mengetahui hakikat
penciptaan manusia yang sebenarnya menurut pandangan islam. Oleh karena itu
makalah ini akan disusun dengan berpacu pada judul “Hakikat Penciptaan Manusia
Menurut Pandangan Islam”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian manusia menurut pandangan islam?
2.
Bagaimana
penciptaan manusia dalam islam?
3.
Apa
hakikat penciptaan manusia dalam islam?
4.
Apa
saja sifat-sifat hakikat manusia?
5.
Apa
tujuan diciptakannya manusia menurut islam?
6.
Apa
fungsi dan peran manusia menurut manusia?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian manusia menurut pandangan islam.
2.
Untuk
mengetahui penciptaan manusia dalam islam.
3.
Untuk
mengetahui hakikat penciptaan manusia dalam islam.
4.
Untuk
mengetahui sifat-sifat hakikat manusia.
5.
Untuk
mengetahui tujuan diciptakannya manusia menurut islam.
6.
Untuk
mengetahui fungsi dan peran manusia menurut islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manusia Menurut Pandangan Islam
Dalam
Al-Qur’an manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan,
al-naas, al-abd dan bani adam. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah,
atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti
manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal
dari keturunan nabi Adam.
Dalam
Al-Qur’an dan As-sunnah juga disebutkan bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT
yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna dan paling mulia serta memiliki
berbagai potensi dan juga memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani
kehidupan di dunia dan akhirat.
Jadi
pengertian manusia menurut pandangan islam dapat disimpulkan bahwa manusia
adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain.
B.
Penciptaan Manusia dalam Islam
Penciptaan
manusia dalam Islam telah digambarkan oleh Allah SWT dalam Q.S Al-Mu’minun ayat
12-16, yang artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulalng, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. (QS
Al-Mu’minun : 12-16)
Manusia
diciptakan oleh Allah SWT melalui proses alamiah yang berlangsung dalam
beberapa tahap, yaitu antara lain:
1.
Tahap
jasad
Al-Qur’an menjelaskan bahwa
permulaan penciptaan manusia adalah dari tanah (turaab) yaitu tanah berdebu,
terkadang al-Qur’an menyebut hal tersebut dengan istilah Tin atau salsal. Yang
dimaksud dengan tanah tersebut adalah sari patinya. Hal ini bukan berarti bahwa
manusia dicetak dari bahan tanah, seperti orang membuat patung tetapi lebih
pada makna simbolik yaitu sari pati yang berbentuk tumbuhan atau binatang yang
kemudian menjadi bahan makanan manusia.
2.
Tahap
hayat
Manurut Al-Qur’an awal mula
kehidupan manusia adalah air sebagaimana kehidupan tumbuhan dan binatang, yang
dimaksud dengan air disini adalah air yang disebut sperma. Sperma kemudian
membuahi sel telur di dalam rahim seorang wanita, sperma itulah yang merupakan
awal mula hayat (kehidupan) seorang manusia.
3.
Tahap
ruh
Yang dimaksud dengan ruh
disini adalah sesuatu yang dihembuskan oleh Allah SWT dalam diri manusia dan
kemudian menjadi bagian dalam diri manusia, pada saat yang sama Allah SWT juga
mewujudkan penglihatan, pendengaran dan hati bagi manusia. Adanya proses
peniupan ruh dalam diri manusia yang diiringi dengan pemberian pendengaran,
penglihatan dan hati merupakan bukti bahwa yang menjadi pemimpin dalam diri
manusia adalah ruh, dan ruh pula yang dapat membimbing pendengaran, penglihatan
dan hati dalam memahami kebenaran.
4.
Tahap
nafs
Kata nafs dalam al-Qur’an mempunyai empat
pengertian yakni nafsu, nafas, jiwa dan diri (kelakuan), diantara keempat
pengertian itu al-Qur’an lebih sering menggunakan kata nafsu untuk pengertiian
diri (kelakuan). Diri atau kelakuan adalah kesatuan dinamik antara jasad, hayat
dan ruh. Dinamikanya terletak pada kegiatan yang dilakukan oleh jasad, hayat
dan ruh, kesatuannya bersifat spiritual yang tercermin di dalam aktivitas
kehidupan manusia.
C.
Hakikat Penciptaan Manusia dalam Islam
Allah
mencipakan manusia dengan dua unsur yakni jasmani dan rohani. Unsur jasmani
adalah tubuh atau jasad manusia yang tersusun atas organ dan sistem organ.
Unsur yang kedua yaitu unsur rohani yakni ruh atau jiwa. Kedua unsur ini
berkaitan satu sama lain dan apabila kedua unsur tersebut berpisah maka manusia
disebut mati sehingga tidak lagi dapat disebut manusia. Adapun hakikat manusia
menurut islam berdasarkan substansi penciptaan adalah sebagai berikut:
a. Makhluk
Allah yang paling sempurna
Allah menciptakan manusia
dengan kesempurnaan dan keunikan. Hal ini dilihat dari segala hal yang
menyangkut fisik dan jiwa seorang manusia. Ia berbeda dengan makhluk lainnya
dan bahkan Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam AS karena
akal dan pengetahuan yang dianugerahkan kepadanya. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat At-Tin yang artinya : ”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS At-Tin : 4)
b. Manusia
sebagai bukti kekuasaan Allah SWT
Sejak awal penciptaannya,
manusia pertama yakni Adam AS telah mengakui Allah sebagai Tuhannya dan hal
tersebut mendorong manusia untuk senantiasa beriman kepada Allah SWT.
Penciptaan manusia juga memiliki hakikat bahwa Allah menciptakan agama islam
sebagai pedoman hidup yang harus dijalani oleh manusia selama hidupnya. Seluruh
ajaran islam adalah diperuntukkan untuk manusia dan oleh karena itu manusia
wajib beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa yakni Allah SWT.
c. Manusia
diciptakan sebagai hamba Allah
Adapun Allah menciptakan
manusia untuk mengabdi dan menjadi hamba yang senantiasa beribadah dan
menyembah Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an surat
Az-Zariyat ayat 56 yang artinya : “Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah
kepada-Ku”. (QS Az-Zariyat : 56)
Ibadah yang semestinya
dilakukan manusia terdiri dari dua golongan yakni ibadah yang bersifat khusus
dan ibadah yang bersifat umum. Ibadah yang sifatnya khusus antara lain : ibadah
shalat wajib, puasa (pada bulan ramadhan), zakat, naik haji bagi yang mampu dan
sebagainya. Sedangkan ibadah yang bersifat umum adalah seperti melakukan amal
saleh yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya akan tetapi bermanfaat juga
untuk orang lain dan dilandasi niat yang ikhlas dan bertujuan hanya mencari
keridhaan Allah semata seperti : bersedekah, menyambung tali silaturrahmi,
menikah dan sebagainya.
d. Manusia
diciptakan Allah sebagai Khalifah
Kata Khalifah berasal dari
bahasa Arab yakni khalafa atau khalifatan yang artinya meneruskan, sehingga
kata khalifah yang dimaksud adalah penerus agama islam dan ajaran dari Allah
SWT. Sebagai manusia yang berperan sebagai khalifah maka manusia wajib menjalankan
tugasnya untuk senantiasa menjaga bumi dan makhluk lainnya dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya kelak di hari akhir.
Hal tersebut disebutkan dalam
firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya : “Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Allah
berfirman : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS
Al-Baqarah : 30)
Dengan demikian, hakikat
penciptaan manusia selayaknya membuat kita sadar bahwa sebagai manusia kita
diciptakan untuk menyembah dan melakukan kewajiban kita di dunia sebagai
khalifah.
D.
Sifat-sifat Hakikat Manusia
a. Pengertian sifat hakikat manusia
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang membedakan manusia
dengan hewan, meski dari segi biologis memiliki kemiripan. Misal dari bentuknya
manusia dan orang utan sama-sama
bertulang belakang, berjalan
dengan dua kaki, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segalanya.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut
hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan, karena manusia mempunyai hati dan dua kekuatan.
Pertama, kekuatan yang tampak seperti tangan, kaki, mata dan anggota tubuh
lainnya yang tunduk kepada perintah hati, inilah yang disebut dengan
pengetahuan. Kedua, kekuatan yang mempunyai dasar yang mendalam seperti otak
dan syaraf inilah yang disebut dengan kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah
yang membedakan manusia dengan hewan.
b. Sifat-sifat hakikat manusia
Wujud sifat Hakikat manusia Menurut Prof. Dr. Umar
Tirtaraharja dkk dibagi menjadi 8 bagian yaitu :
1)
Kemampuan
Menyadari Diri
Berkat adanya kemampuan menyadari diri, manusia dapat menyadari dirinya sendiri
memiliki ciri khas dan karakteristik. Dengan kemampuan ini manusia juga dapat
menyadari kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam dirinya dan memahami
potensi-potensi yang ada disekitarnya.
2)
Kemampuan
Berekstensi
Adalah kemampuan manusia untuk dapat
menempatkan diri dan dapat menerobos atau menebus batas-batas yang membelenggu dirinya sehingga tidak
terbelenggu dalam ruang dan waktu seperti mengatasi situasi dan peristiwa atau
melihat prospek masa depan.
3)
Kata
Hati (Consecience Of Man)
Kata hati atau hati nurani adalah kemampuan manusia untuk membuat
keputusan yang baik atau buruk dan yang baik atau yang salah, jadi manusia
dalam berbuat juga harus berdasarkan kata hati agar tidak melakukan kesalahan.
4)
Moral
Moral adalah bentuk pengertian yang menyerupai perbuatan maka yang
dimaksud moral yaitu perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati mempunyai kemiripan,
artinya orang yang mempunyai kata hati belum tentu mempunyai moral yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa moral yang sinkron dengan kata hati merupakan manusia
yang mempunyai moral baik begitu juga sebaliknya moral yang tidak sinkron
dengan kata hati merupakan manusia yang mempunyai moral buruk.
5)
Tanggung
Jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung akibat dari
perbuatan yang menuntut tanggung jawab yang dilakukan manusia. Wujud tanggung jawab terdiri dari
tanggung jawab diri sendiri, tanggung jawab masyarakat dan tanggung jawab
terhadap Tuhan.
Tanggung jawab diri sendiri bentuknya berupa penyesalan yang mendalam,
sedangkan tanggung jawab masyarakat tuntutannya berupa sanksi-sanksi sosial. Tanggung jawab terhadap Tuhan tuntutannya berupa perasaan berdosa dan
terkutuk.
6)
Rasa
Kebebasan
Adalah tidak merasa terikat dan terbebani oleh sesuatu tetapi sesuai
dengan kodrat manusia, artinya
manusia bebas melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan kodrat
manusia itu sendiri.
7)
Hak Dan
Kewajiban
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia.
Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi
kewajiban. Sehingga dapat disimpulkan Kewajiban ada karena ada pihak lain
yang harus dipenuhi haknya.
8)
Kemampuan
Menghayati Kebahagiaan
Kemampuan menghayati
kebahagiaan adalah integrasi dari
segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan sebagainya dengan pengalaman
pahit dan penderitaan yang sebelumnya dialami. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha, hasil dari
pengalaman yang menyenangkan ataupun pengalaman yang pahit.
E. Tujuan
Diciptakannya Manusia Menurut Islam
Dalam islam ada beberapa
tujuan diciptakannya manusia, antara lain:
1)
Menyembah
kepada Allah SWT (Beriman)
Manusia diciptakan dengan tujuan
agar menyembah kepada Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah SWT. Dengan
pengertian yang lebih sederhana, manusia memiliki keharusan menjadi individu
yang beriman kepada Allah (Tauhid). Kebalikan dari beriman adalah syirik, yaitu
menyekutukan Allah dengan segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini.
2)
Memanfaatkan Alam Semesta (Beramal)
Kehidupan manusia
memiliki tujuan untuk memakmurkan alam semesta beserta isinya dan mewujudkannya dengan bentuk mengambil
i’tibar (pelajaran),
menunjukan sikap sportif dan inovatif serta selalu berbuat yang bermanfaat
untuk diri dan lingkungannya. Dengan kata lain tujuan hidup manusia semacam ini
dapat dikatakan dengan tujuan untuk “Beramal”.
3)
Membentuk Sejarah Dan Peradaban
(Berilmu)
Dunia mengandung nilai
kebaikan dan keteraturan yang sangat harmonis yang diciptakan oleh Allah SWT
untuk kepentingan manusia, khususnya perkembangan sejarah dan peradabannya.
Oleh karena itu tujuan manusia adalah untuk melakukan penyelidikan terhadap
alam untuk mengerti potensi-potensi
yang tuhan berikan yang berlaku
didalamnya dan kemudian memanfaatkannya dengan hukum-hukumnya sendiri, untuk kemajuan sejarah
dan peradabannya. Karena di
kehidupan nanti manusia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT, oleh
karena itu manusia harus memiliki tujuan untuk membentuk sejarah dan
peradabannya dengan baik.
F.
Fungsi dan Peran Manusia Menurut Islam
a. Peran
Manusia Menurut Islam
Berpedoman kepada QS
Al-Baqarah 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah
dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran
Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya,
baru setelah itu kepada orang lain. Peran yang hendaknya dilakukan seorang
khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah:
1)
Belajar
Manusia sebagai
khalifah harus mau belajar. Obyek belajarnya adalah ilmu Allah yang berwujud Al-Quran dan ciptaan-Nya. Hal
ini tercantum juga di dalam QS An-Naml ayat 15-16 dan QS Al-Mukmin ayat 54.
2)
Mengajarkan Ilmu
Khalifah yang telah
diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain. Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah
Al-Quran dan juga As-sunnah.
3)
Membudayakan Ilmu
Ilmu Allah tidak hanya
untuk disampaikan kepada manusia lain tetapi juga untuk diamalkan, sehingga ilmu yang terus diamalkan akan
membudaya. Hal ini tercantum pula di dalam QS Al Mu’min ayat 35.
b. Fungsi
Manusia Menurut Islam
Di dalam al-Qur’an disebutkan
fungsi yang diberikan Allah kepada manusia. Fungsi tersebut antara lain:
1)
Fungsi
manusia terhadap diri pribadi
Manusia terdiri dari kesatuan unsur
jasmani dan rohani. Unsur rohani terdiri dari cipta (akal), rasa dan karsa.
Unsur jasmani yang memerlukan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan
dan sebagainya dipenuhi sebaik-baiknya. Fungsi manusia terhadap diri pribadi
yaitu memenuhi kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh agar kebutuhan
pribadi tetap terjaga.
Akal yang merupakan salah satu segi
unsur rohani kita bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan dipenuhi
dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia. Rasa
yang juga merupakan salah satu segi unsur rohani yang selalu merindukan
keindahan, kebenaran, keadilan dan sebagainya itu kita penuhi pula kebutuhannya
dengan berbagai kesenian yang sehat, hidup dengan pedoman yang benar, berlaku
adil dan sebagainya (Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 4).
Perasaan yang rindu kepada kebaikan
diisi dengan nilai-nilai moral, perasaan
yang rindu kepada keindahan diisi dengan nilai-nilai seni budaya,
perasaan yang rindu kepada kemuliaan diisi dengan taqwa, perasaan yang rindu
kepada kesucian diisi dengan usaha-usaha meninggalkan sifat-sifat tercela, seperti
dengki, takabur, aniaya dan sebagainya (Ahmad Azhar Basyir, 1984 : 8).
2)
Fungsi
manusia terhadap masyarakat
Firman Allah dalam QS Al-Hujarat
ayat 13 yang artinya : “Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan telah kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang paling mulia di antara kamu di hadirat Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS.al-Hujarat: 13).
Dari ayat ini dapat
diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual, makhluk relegius, dan
makhluk sosial. Sebagai
makhluk individual manusia mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi,
sebagai makhluk relegi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan
dengan kekuatan di luarnya (Allah), adanya hubungan yang bersifat
vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk
berhubungan dengan manusia yang laiannya, maka
kemudian terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat (Bimo Walgito, 1987 : 41).
Fungsi manusia terhadap
masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki manusia, yaitu
adanya kesediaan
untuk selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Ditegaskan dalam al-Qur'an
bahwa manusia selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan
hubungan dengan sesama manusia. Kesedian untuk memperhatikan kepentingan orang
lain, dalam hal ini adalah tolong menolong. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur'an
surat al-Maidah ayat 2, sebagai berikut: "Dan
tolong menolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran".
(QS Al-Maidah : 2).
3)
Fungsi manusia terhadap alam dan lingkungan
Fungsi manusia terhadap
alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam untuk mencukupkan
kebutuhan hidup manusia. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menegaskan bahwa
segala sesuatu di langit dan dibumi ditunjukan
Allah kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri (QS.al-Jatsiyah ayat 13). Laut, sungai, matahari, bulan, siang
dan malam dijadikan sebagai sarana kemakmuran hidup manusia (QS. Ibrahim ayat 32-34), binatang ternak diciptakan Allah untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia (QS.
an-Nahl ayat 5), laut ditundukkan kepada manusia sebagai
sarana komunikasi dan untuk digali dan dimanfaatkan kekayaannya (QS. Fathir ayat 12 dan an-Nahl ayat 14).
Dalam memenuhi fungsi
manusia terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar keselamatan manusia
tidak terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan, agar
generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas (Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 16). Apabila berlaku belebih-lebihan,
tamak, rakus, dalam menanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan pada
manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah memperingatkan manusia dalam (QS. Ruum ayat 41) bahwa : "Kerusakan di darat dan laut
terjadi akibat perbuatan tangan manusia sendiri, Allah merasakan kepada mereka sebagai (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali
ke jalan yang benar". Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam
untuk kepentingan manusia sekarang harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang,
dengan berusaha menjaga dan
melestarikan potensi alam tersebut.
4)
Fungsi manusia terhadap Allah
Fungsi manusia terhadap
Allah ditegaskan dalam al-Qur'an surat Adz-Dzariyat
ayat 56, sebagai berikut : "Dan
tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku". Dan juga dalam
al-Qur'an surat Al-Baqarah
ayat 21, Allah memerintahkan manusia untuk beribadah, sebagai berikut :
"Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa".
Dengan demikian,
beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi manusia terhadap Allah baik dalam
bentuknya umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah
melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana diajarkan
al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Ibadah dalam pengertiam umum mencakup segala macam
perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah
dalam bentuk khusus yaitu
berbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai dengan
ketentuan.
Dalam bidang aqidah, fungsi manusia terhadap Allah
adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah.
Bertuhan kepada selain Allah berarti suatu penyimpangan dari fungsi manusia
terhadap Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu
sifat relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat
manusia harus condong kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Menurut
pandangan islam manusia adalah ciptaan Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk
paling sempurna dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain.
2.
Dalam
islam manusia diciptakan oleh Allah SWT melalui 4 tahap, yaitu: tahap jasad,
tahap hayat, tahap ruh dan tahap nafs.
3.
Hakikat
manusia menurut islam berdasarkan substansi penciptaan adalah antara lain:
ü
Makhluk
Allah yang paling sempurna
ü
Manusia
sebagai bukti kekuasaan Allah SWT
ü
Manusia
diciptakan sebagai hamba Allah SWT
ü
Manusia
diciptakan Allah sebagai khalifah
4.
Sifat
hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang membedakan manusia dengan
hewan, meski dari segi biologis memiliki kemiripan.
Wujud sifat
hakikat manusia menurut Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk dibagi menjadi 8 bagian
yaitu : Kemampuan menyadari diri, kemampuan berekstensi, kata hati (Consecience
of Man), moral, tanggung jawab, rasa kebebasan, hak dan kewajiban serta
kemampuan menghayati kebahagiaan.
5.
Tujuan
diciptakannya manusia menurut islam yaitu:
1)
Menyembah
kepada Allah SWT (Beriman)
2)
Memanfaatkan
alam semesta (Beramal)
3)
Membentuk
sejarah dan peradaban (Berilmu)
6.
-
Peran manusia menurut islam yaitu:
1)
Belajar
2)
Mengajarkan
ilmu
3)
Membudayakan
ilmu
- Fungsi
manusia menurut islam yaitu:
1)
Fungsi
manusia terhadap diri pribadi
2)
Fungsi
manusia terhadap masyarakat
3)
Fungsi
manusia terhadap alam lingkungan
4)
Fungsi
manusia terhadap Allah
B.
Saran
Sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dalam wujud manusia, sudah seharusnya
kita mengetahui hakikat penciptaan kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, agar
kita dapat hidup dengan berpedoman pada
hakikat penciptaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar