Rabu, 09 Oktober 2019

Makalah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa



MAKALAH

“HAKIKAT DAN KEGUNAAN ILMU




 Disusun oleh : 
Nursiah_H0417334





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2018







KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul “HAKIKAT DAN KEGUNAAN ILMU” ini bisa terselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di dunia maupun di akhirat nanti.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa sebagai pengampunya yaitu Dewi Sartika, S.Pd., M.Pd. Materi dalam makalah ini bersumber dari gabungan buku-buku dan internet yang bisa dipercaya kebenarannya.
Sebagai pemula makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat dibutuhkan agar kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dapat diperbaiki pada pembuatan makalah selanjutnya. Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terkhusus bagi saya sendiri.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Salambunong, 20 Mei 2018




 Penulis                       




  
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A.    Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................................1
C.     Tujuan Penulisan ..........................................................................................2
D.    Manfaat Penulisan ........................................................................................2
BAB II   PEMBAHASAN ................................................................................3
A.    Filsafat Ilmu .................................................................................................3
B.     Hakikat Ilmu ..............................................................................................13
C.     Kegunaan Ilmu ...........................................................................................15
BAB III  PENUTUP .......................................................................................17
A.    Kesimpulan ................................................................................................17
B.     Saran ..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................18






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
                  Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu sangat penting untuk manusia, bisa kita katakan bahwa dari kecil sampai sekarang kita bisa menjalani hidup dengan baik karena adanya ilmu yang berperan sebagai penuntun hidup kita. Contoh salah satu ilmu yang sejak kecil berperan sebagai penuntun hidup kita adalah ilmu agama. Selain ilmu agama, masih banyak ilmu-ilmu lain yang berperan penting bagi manusia.
                  Ilmu pada dasarnya lahir dan berkembang sebagai konsekuensi dari usaha-usaha manusia baik untuk memahami realitas kehidupan dan alam semesta maupun untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi, serta mengembangkan dan melestarikan hasil yang sudah dicapai oleh manusia sebelumnya. Lahirnya ilmu tidak terpisahkan dari dunia filsafat dalam hal ini filsafat ilmu. Dimana filsafat ilmu ini mengkaji tentang hakikat ilmu.
                  Saat ini banyak orang yang menuntut atau mempelajari ilmu, tapi sebagian masih belum tahu apa sebenarnya ilmu itu? Sampai di mana ilmu hendak dicapai? Mengapa kita harus mempelajari ilmu? Apa kegunaan ilmu? Apakah ilmu itu akan kita gunakan suatu saat nanti? Karena masih banyaknya pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Hakikat dan Kegunaan Ilmu”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu filsafat ilmu?
2.      Apa itu hakikat ilmu?
3.      Apa kegunaan ilmu?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa itu filsafat ilmu.
2.      Untuk mengetahui apa itu hakikat ilmu.
3.      Untuk mengetahui kegunaan ilmu.

D.    Manfaat Penulisan
                  Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi tentang hakikat dan kegunaan ilmu, serta untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat sains.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Filsafat Ilmu
a.      Pengertian Filsafat Ilmu
            Secara umum filsafat ilmu adalah suatu bidang studi filsafat yang obyek materinya berupa ilmu pengetahuan dalam berbagai jenis dan perwujudannya.
            Pengertian filsafat ilmu menurut para ahli yaitu:
1.      Menurut Robert Ackerman, filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
2.      Menurut A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58), memandang filsafat ilmu sebagai berikut : “That philosophic which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines”. Filsafat ilmu menurut Benjamin merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metode, konsep-konsep, pra anggapan-pra anggapan, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
3.      Menurut Michae V. Berry, berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
4.      Menurut Stephan R. Toulmin, mengemukakan bahwa sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu adalah unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra anggapan-pra anggapan metafisis dan seterusnya, selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis dan metafisika.
5.      Menurut Jujun Suriasumantri, memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat iilmu sebagai berikut:
·         Kelompok pertanyaan pertama antar lain: Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tanggap manusia?
·         Kelompok pertanyaan kedua: Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan filsafat ilmu agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Dan seterusnya.
·         Kelompok pertanyaan ketiga: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Dan seterusnya.

            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah bagian dari epistemologi dan secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
b.      Pembagian Filsafat Ilmu
            Filsafat ilmu dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Filsafat ilmu alam
          Filsafat ilmu alam (Philosophy of Nature) adalah filsafat yang berusaha untuk menjelaskan kejadian alam, sifat-sifatnya dan hukum-hukumnya secara teoritis dan menyeluruh. Pada masa lalu filsafat ilmu alam tidak dapat dipisahkan dengan ilmu-ilmu eksakta. Filsafat ilmu alam adalah ilmu-ilmu eksakta itu sendiri bagi orang Yunani, atau dia adalah ilmu alam yang menjadi lawan dari etika, metafisika dan estetika. Pada masa itu filsafat alam mencakup isi buku-buku yang dikarang oleh Aristoteles (384-322 SM) seperti: Al-Sima’ Al-Thabî’î yang berbicara tentang gerak, waktu dan tempat, Al-Nafs yang membahas tentang kehidupan dengan berbagai bentuknya, Al-Kawn  wa Al-Fasâd yang berisi tentang kejadian benda dan kehancurannya, dan Al-Hayawân yang memuat studi ilmiah tentang binatang. Selain itu filsafat ilmu alam juga mencakup Holyzoisme, yaitu teori yang memandang bahwa alam semesta adalah sesuatu yang hidup dan berakal.
          Filsafat ilmu alam yang dimiliki oleh bangsa Yunani ini kemudian berpindah ke Arab dan Barat dengan pengertian yang tak jauh berbeda. Bahkan sampai abad XVIII yang dimaksud dengan filsafat ilmu alam di Barat tak lain adalah ilmu-ilmu eksakta. Baru pada perkembangan terakhir, di saat cabang-cabang ilmu menemukan kemerdekaan dan melepaskan diri dari induknya (filsafat) dapat dipisahkan antara ilmu-ilmu eksakta dan filsafat ilmu alam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu alam (dengan pengertian klasik) adalah cikal bakal bagi lahirnya ilmu-ilmu eksakta modern. Berikut akan dijelaskan mengenai para filosof ilmu alam dan cabang-cabang ilmu alam, yaitu:
Ø  Para filosof ilmu alam yaitu:
1)      Thales
          Thales adalah seorang filosof yang berasal dari Miletos, sebuah koloni Yunani di Asia kecil. Thales disebut sebagai bapak filsafat Yunani sebab dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Namun sayang, filsafatnya tidak pernah ditulisnya sendiri, hanya dismpaikan dari mulut ke mulut melalui murid-muridnya. Dia berkelana ke berbagai negeri. Salah satunya adalah mesir, dimana dia diceritakan pernah menghitung tinggi pyramid dengan cara mengukur bayangannya pada saat yang tepat, ketika panjang bayangannya sendiri sama dengan tinggi badannya. Dia juga dikisahkan pernah meramalkan terjadinya gerhana matahari secara tepat, pada 585 SM. Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Dia percaya bahwa seluruh kehidupan berasal dari air dan akan lembali ke air. Dia beranggapan seperti itu mungkin, karena selama perjalanannya dimesir, dia pasti telah mengamati tanaman yang mulai tumbuh di daratan delta sungai Nil setelah surut dari banjir. Barangkali dia juga sempat mengamati, bahwa katak dan cacing muncul dari tanah yang lembab (tanah berair). Dia juga seorang ahli politik yang terkenal di Miletus saat itu masih ada kesempatan baginya untuk mempelajari ilmu matematik dan astronom.
2)      Anaximander
          Anaximander adalah filosof kedua setelah Thales yang berasal dari Miletos juga, dia adalah salah satu murid Thales. Anaximander ini beranggapan bahwa dunia kita hanyalah salah satu dari banyak dunia yang muncul dan sirna di dalam sesuatu yang disebutnya sebagai “yang tak terbatas”. Tidak begitu mudah untuk menjelaskan apa yang dimaksudnya tersebut, tapi tampaknya jelas bahwa dia tidak sedang memikirkan tentang suatu zat yang dikenal sebagaimana yang dibayangkan Thales. Barangkali yang dimaksudnya adalah bahwa zat yang menjadi sumber segala sesuatu, pastilah berbeda dengan sesuatu yang dihasilkannya tersebut, karena semua benda ciptaan itu terbatas, maka sesuatu yang muncul sebelum dan sesudah benda-benda tersebut pastilah ‘tidak terbatas’. Jelas bahwa zat dasar itu tidak mungkin sesuatu yang sangat biasa seperti air ataupun yang dapat kita lihat. Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas dia tidak mengenal ajaran Islam atau yang lainnya.

3)      Anaximenes
          Anaximenes adalah filosof dari Miletos yang masa hidupnya kira-kira 570-526 SM. Dia adalah murid dari Anaximander. Teorinya tentang alam adalah bahwa sumber dari segala sesuatu pastilah “udara” atau “uap”. Anaximenes tentunya mengenal teorinya Thales menyangkut air. Akan tetapi dia menyangkal pendapatnya Thales, ‘dari manakah asalnya air tersebut’. Anaximenes beranggapan bahwa air adalah udara yang dipadatkan. kita mengetahui bahwa ketika hujan turun, air diperas dari udara. Jika air diperas lebih keras lagi, ia akan menjadi tanah, pikirnya. Dia mungkin pernah melihat bagaimana tanah dan pasir  terperas dari es yang meleleh. Dia juga beranggapan bahwa api adalah udara yang dijernihkan. Oleh karenanya air, tanah dan api tercipta dari udara­­­­­. Pandangan filsafatnya tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan gurunya. Ia mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tidak berhingga.
4)      Parmenides
          Sejak sekitar 500 SM, ada sekelompok filosof dikoloni Yunani Elea di Italia Selatan. “orang-orang Elea” ini tertarik pada masalah ini. Yang paling penting diantara filosof ini adalah Parmenides (kira-kira 540-480 SM). Parmenides beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah selalu ada. Gagasan ini tidak asing bagi rakyat Yunani. Mereka menganggap sudah selayaknya bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini abadi. Tidak ada sesuatu yang dapat muncul dari ketiadaan, dan tidak ada sesuatu yang menjadi tiada, pikir Parmenides. Namun Parmenides membawa gagasan itu lebih jauh lagi. Dia beranggapan bahwa tidak ada yang disebut perubahan actual, tidak ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Parmenides sadar bahwa indranya melihat dunia ini selalu berubah, tapi dia lebih memilih akal daripada indranya. Dia yakin bahwa indra-indra manusia memberikan gambaran yang tidak tepat tentang dunia, suatu gambaran yang tidak sama dengan gambaran akal manusia. Keyakinan yang tidak tergoyahkan pada akal manusia disebut rasionalisme. Rasionalisme adalah seseorang yang percaya bahwa akal manusia merupakan sumber utama pengetahuan tentang dunia. Dalam masalah ini Parmenides mengemukakan dua pandangan yaitu:
·         Bahwa tidak ada sesuatu yang dapat berubah.
·         Bahwa persepsi indra kita tidak dapat dipercaya
5)      Heraclitus
          Rekan sezaman Parmenides adalah Heraclitus yang hidup kira-kira 540-480 SM. Dia berasal dari Ephesus di Asia kecil. Menurut Heraclitus, tidak ada satupun hal di alam semesta ini yang bersifat tetap, semuanya mengalir dan berada dalam proses ‘menjadi’. Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal tetap. Dia beranggapan bahwa perubahan terus menerus adalah ciri alam yang paling  mendasar. Dapat dikatakan, bahwa Heraclitus mempunyai keyakinan yang lebih besar pada apa yang dilihatnya dari pada yang dirasakannya. “segala sesuatu terus mengalir”, kata Heraclitus. Segala sesuatu mengalami perubahan terus-menerus dan selalu bergerak, tidak ada yang menetap, karena itu kita ‘tidak dapat melompat di sungai yang sama’. Heraclitus mengemukakan bahwa dunia itu dicirikan dengan adanya kebalikan. Jika, kita tidak pernah sakit, maka kita tidak akan pernah tahu seperti apa sehat itu, jia kita tidak pernah lapar kita tidak akan tahu bagaimana rasanya kenyang, jika kita tidak pernah miskin, kita tidak akan pernah tahu bagaimana kaya itu, dan lain sebagainya. Sebagaimana Parmenides, Heraclitus mengemukakan dua pandangan tentang alam ini, yaitu:
·         Bahwa segala sesuatu berubah.
·         Bahwa persepsi indra kita dapat dipercaya.
6)      Empedocles
          Mungkin, kedua filosof di atas saling bertentangan, akan tetapi di sini, Empedocles akan menengahi kedua pendapat yang saling bertentangan tersebut. Empedocles adalah filosof dari Sicilia. Dia hidup kira-kira 490-430 SM. Empedocleslah yang menuntun kedua filosof tersebut Parmenides dan Heraclitus keluar dari kekacauan yang telah mereka masuki itu. Dia menganggap bahwa mereka benar dalam satu sisi dan salah dalam sisi yang lain. Ia mengajarkan bahwa alam ini pada mulanya satu yaitu disatukan oleh cinta. Cinta merupakan kodrat yang membawa bersatu dan bercampur. Tetapi alam yang satu tadi dipecah oleh benci yang mana benci membalikkan semua keadaan tersebut sehingga semua terpisah-pisah dan tidak ada yang bercampur lagi. Dalam keadaan yang dikuasai oleh benci tersebut barang satu-satunya pun tidak ada, yang ada hanyalah air yang tidak bercampur sedikitpun juga. Air jelas tidak dapat berubah menjadi kupu-kupu atau yang lain. Air murni akan selalu menjadi air. Maka, Parmenides benar dengan keyakinannya, bahwa ‘tidak ada sesuatu yang berubah’. Namun, pada saat yang sama dia membenarkan pendapatnya Heraclitus, bahwa kita harus mempercayai apa yang ditangkap indra kita. Bahwa, ‘alam ini berubah’. Empedocles menyimpulkan, bahwa gagasan mengenai zat dasar itulah yang harus ditolak, baik air atau udara semata-mata tidak dapat berubah menjadi kupu-kupu ataupun serumpun bunga mawar yang begitu cantik dan indah. Sumber alam tidak mungkin hanya satu unsur saja. Empedocles yakin bahwa alam ini terdiri dari empat unsure yaitu tanah, air, api dan udara. Semua proses alam terjadi karena bergabung atau terpisahnya empat unsur tersebut.
Ø  Cabang-cabang imu alam yaitu:
1)      Astronomi
          Astronom adalah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti bintang, komet, planet dan galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi diluar atmosfer bumi.
2)      Biologi
          Biologi atau ilmu hayat mempelajari aspek fisik kehidupan. Istilah ‘biologi’ dipinjam dari bahasa belanda biologi yang juga diturunkan dari bahasa yunani, Bios (hidup) dan Logos (ilmu). Istilah ilmu hayat dipinjam dari bahasa arab juga berarti ilmu kehidupan.
3)      Ekologi
          Ekologi ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dengan lain-lain. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar mahluk hidup maupun antar mahluk hidup dengan lingkungannnya.
4)      Fisika
          Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
5)      Geologi
          Geologi adalah ilmu sains yang mempelajari bumi.
6)      Kimia
          Kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi struktur dan sifat zat atau materi dari kala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik.
2.      Filsafat ilmu sosial
          Ilmu sosial (Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metode kuantitatif dan kualitatif.
          Ilmu sosial dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan 1ingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya. Ilmu-ilmu sosial selama bertahun-tahun telah menjadi arena sejumlah kritik. Ilmu sosial secara garis besar dianggap sebagai ‘ilmu yang tidak mungkin’. Argumentasi yang ada melihat bahwa gejala sosial adalah terlalu rumit untuk diselidiki. Ilmu sosial, yang membahas mengenai seluruh seluk beluk kehidupan manusia, dianggap tak mampu menangkap ke-kompleksitas-annya. Manusia memiliki gejala dan perilaku yang selalu berubah-ubah, inilah yang mendasari munculnya argumentasi tersebut. Namun, pandangan ini muncul disebabkan oleh kesalahan pada pemahaman tentang hakikat ilmu.
          Dalam struktur realitas, ilmu sosial berada dalam level ke empat. yakni merupakan ilmu yang membahas dalam ranah relasi atas manusia. Dari situ dapat diketahui bahwa ilmu sosial merupakan ilmu yang bersifat banyak (plural). Sebab, ilmu sosial berjalan dalam pembahasan relasi atas manusia, dan pada dasarnya, manusia bersifat kompleks, berbeda satu sama lain. Setiap pribadi memiliki modelnya masing-masing, oleh karena itu, ilmu sosial pun bersifat banyak atau plural. Setelah mengetahui objek dari ilmu social, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu sosial merupakan ilmu yang berada dalam struktur-struktur, dan mengambil bagian yang menentukan proses alam (imanen). Ilmu sosial bukanlah sesuatu yang berada jauh di atas hal-hal yang terdapat dalam pengalaman (transenden), seperti halnya Tuhan.
          Berbeda dengan ilmu alam, ilmu sosial cenderung bersifat berubah-ubah, ilmu sosial memandang kebenaran tidak berifat mutlak, yang ada hanya mendekati kebenaran, Ia bergantung pada keadaan objek yang dikaji, dalam ilmu sosial saat ini, belum tentu sama dengan beberapa abad lalu atau yang akan datang. Ilmu sosial tidak dapat diprediksi seperti halnya ilmu alam karena objek-objek dari ilmu sosial berbeda dalam bentuk, struktur serta sifatnya. Dalam buku filsafat komunikasi tulisan Dr. phil. Astrid S. Susanto, 1976. Disebutkan, bahwa ilmu sosial bergerak dalam bidang mencari kebenaran ataupun pembentukan pikiran-pikiran yang dianggap benar dalam masyarakat. Sehingga dapat dilihat bahwa ilmu sosial berada dalam ruang lingkup rohani atau tidak nampak.
          Dalam pertanyaan terakhir dalam ontologi yang memprtanyakan masalah bernilai atau tidaknya sebuah objek, tentunya ilmu sosial sangat bernilai. Hal itu dapat diketahui dengan berkembangbya ilmu sosial saat ini. Selain itu, ilmu sosial selalu menjadi kajian dan perdebatan hangat dalam forum-forum diskusi. Mengingat kembali objeknya bersifat unik dan sangat kompleks.

B.     Hakikat Ilmu
a.      Pengertian Hakikat Ilmu
           Hakikat ilmu terbagi atas dua kata yakni hakikat dan ilmu, masing-masing kata ini memiliki makna kata yang berbeda. Kata “hakikat” dalam filsafat diartikan sebagai pemahaman atau hal yang paling mendasar. Selain itu hakikat juga diartikan sebagai yang sebenarnya, sesungguhnya, kebenaran, dan kepunyaan sah. Oleh sebab itu, nama lain dari hakikat adalah kebenaran. Sementara kebenaran itu sendiri adalah keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.               
            Adapun kata “ilmu” (science) dapat diartikan sebagai serangkaian keterangan yang teratur, sistematis, rasional, logis, empiris, universal, objektif, terbuka, dapat diukur serta dapat diuji kebenarannya baik secara teoritis dan empiris. Selain itu ilmu dapat juga diartikan sebagai seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Jadi, hakikat ilmu adalah pemahaman mendasar tentang serangkaian keterangan yang dapat dibuktikan baik secara teoritis maupun empiris.
b.      Syarat-Syarat Ilmu
           Untuk dapat disebut sebagai ilmu, maka harus memenuhi syarat-syarat ilmu berikut ini yaitu:
1.      Objektif
           Suatu ilmu harus bersifat Objektif. Dengan kata lain, suatu ilmu harus bersifat menyeluruh dan tidak hanya dapat dilihat dari satu sudut pandang saja. Suatu ilmu seharusnya memiliki objek kajian yang masih berkaitan dengan ilmu itu sendiri. Ilmu tersebut haruslah sesuai dengan kenyataan, bukan hanya sebuah pemikiran yang belum dapat dipastikan atau diuji kebenarannya.

2.      Metodis
           Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.      Sistematis
           Dalam kaitannya untuk mengetahui dan menjelaskan suatu objek, suatu ilmu haruslah bersifat sistematis. Artinya ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
4.      Universal
           Universal artinya umum. Jadi suatu ilmu haruslah merupakan suatu kebenaran yang bersifat umum, tidak bersifat tertentu.
c.       Karakteristik Ilmu
           Ada beberapa karakteristik ilmu yaitu:
1.      Objektif (Ilmu merupakan hal-hal yang sebenarnya, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subjektif).
2.      Koheren (Pernyataan atau susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan).
3.      Reliabel (Dapat dipercaya).
4.      Valid (Produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal).
5.      Generalisasi (Suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum).
6.      Akurat (Penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi).
7.      Prediksi (Ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal).

C.    Kegunaan Ilmu
1.      Ilmu sebagai alat Eksplanasi
            Berbagai ilmu yang berkembang dewasa ini, secara umum berfungsi sebagai alat untuk membuat eksplanasi kenyataan yang ada. Filsafat ilmu dapat dianggap sebagai suatu studi tentang masalah-masalah eksplanasi. Menurut T Jacob yang dikutip Ahmad Tafsir dalam Emi Fatmawati, “Sains merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibanding dengan sistem lain dalam memahami masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan”.
            Sebagai contoh, ketika itu ada sebuah sepeda motor tua, dengan knalpot yang berasap tebal berwarna putih dengan jalan terseok-seok dan tidak bisa berlari kencang. Dari gejala yang timbul ini seorang mekanik yang memiliki ilmu tentang perbengkelan, bisa membuat eksplanasi atau penjelasan kepada pemilik motor mengapa begitu. Itulah kegunaan ilmu sebagai eksplanasi.
2.      Ilmu sebagai alat Peramal
            Tatkala membuat ekplanasi, biasanya ilmuan telah mengetahui juga faktor penyebab gejala tersebut. Dengan menganalisis faktor dan gejala yang muncul, ilmuwan dapat melakukan ramalan. Dalam temuan ilmuwan, ramalan disebut prediksi untuk membedakan ramalan embah dukun. Sebagai contoh: motor tadi, seorang mekanik bisa memprediksi jika pemilik motor tidak mau merawat motor dan lalai mengganti oli, maka ring sehernya akan cepat menipis dan oli mesin akan terbakar dan menyebabkan asap menjadi tebal dan berwarna putih.
3.      Ilmu sebagai alat Pengontrol
            Eksplanasi sebagai bahan membuat prediksi dan kontrol. Ilmuan selain mampu membuat ramalan berdasarkan eksplanasi gejala, juga dapat membuat kontrol. Contoh: Agar motor kita awet, motor kita harus diservis dan ganti oli tiap 2000 km, sehingga tingkat keausan mesin dapat ditekan dan diperlambat, jadi motor kita akan tetap  awet.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Filsafat ilmu adalah bagian dari epistemologi dan secara spesifik mengkaji hakikat ilmu   (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu terbagi menjadi dua yaitu: filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial.
2.      Hakikat ilmu adalah pemahaman mendasar tentang serangkaian keterangan yang dapat dibuktikan baik secara teoritis maupun empiris.
Syarat-syarat ilmu dapat dibagi menjadi 4, yaitu: objektif, metodis, sistematis dan universal. Sedangakan karakteristik ilmu dapat dibagi menjadi 7, yaitu: objektif, koheren, reliabel, valid, generalisasi, akurat dan prediksi.
3.      Kegunaan ilmu yaitu: ilmu sebagai alat eksplansi, ilmu sebgai alat peramal dan ilmu sebagai alat pengontrol.

B.     Saran
                  Manusia diharapkan dapat menjadikan ilmu sebagai pedoman untuk mencari sebuah kebenaran yang hakiki. Dengan demikian diharapkan manusia dapat lebih bisa berpikir kritis yang positif serta dapat menjadi manusia yang bijaksana dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan.




DAFTAR PUSTAKA
Yuliani, Riski. 2014. Hakikat dan Kegunaan Ilmu. Tersedia pada:    http://yulianiriski.blogspot.com/2014/01/hakikat-dan-kegunaan-            ilmu.html?m=1 (diakses pada tanggal 28 Maret 2019).
Lutur, Elen M. 2016. Hakikat dan Kegunaan Ilmu. Tersedia pada:   http://elmalutur.blogspot.com/2016/05/normal-0-false-false-false-in-x-  none-x.html?m=1 (diakses pada tanggal 28 Maret 2019.
Syaeful, Ahmad. 2014. Ilmu Pengetahuan. Tersedia pada:   http://asyaeful18.blogspot.com/2014/10/foto.html?m=1 (diakses pada tanggal 1 April 2019).
Burhanuddin, Afid. 2013. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu. Tersedia pada:             https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/  21/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu-3/amp/#ampshare (diakses          pada tanggal 1 April 2019).
Darmawan, Ari. 2015. Filsafat Ilmu Alam dan Ilmu Sosial. Tersedia pada:            http://aridarmawan95.blogspot.com/2015/10/filsafat-ilmu-alam-dan-ilmu-   sosial.html?m=1 (diakses pada tanggal 2 April 2019)
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian dan Karakteristik Ilmu. Tersedia  pada:             www.google.com/amp/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/hakik at-ilmu/amp/#ampshare (diakses pada tanggal 2 April 2019)
Heriyanto, Peri. 2013. Syarat-syarat Ilmu. Tersedia pada:     http://lembahbanyu.blogspot.com/2013/04/syarat-syarat-ilmu.html?m=1            (diaskses pada tanggal 2 April 2019)
Saripedia. “ _ ” . Ilmu. Tersedia pada: https://saripadia.wordpress.com/tag/syarat-  syarat-ilmu/ (diakses pada tanggal 2 April 2019)




Tidak ada komentar: