Rabu, 23 Oktober 2019

MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Teori belajar dan pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
  Manusia dalam memperoleh pengetahuan diantaranya adalah melalui panca indra. Dengan begitu manusia akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sifatnya kongkrit. Walaupun manusia mampu untuk belajar sesuatu yang bersifat abstrak, namun sekali lagi bahwa ia akan lebih mudah dalam mempelajari sesuatu yang dapat ia amati secara langsung dalam kehidupannya. CTL didesain dengan melibatkan siswa mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung  jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja.
CTL lebih menekankan pada pembelajaran dengan model siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya tanpa dominasi transfer ilmu dari guru. Dengan begitu siswa diharapkan akan menjadi terampil dalam memecahkan sendiri segala persoalan dalam kehidupnya kelak.
Terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran kontekstual/ CTL, yaitu a) konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning, d) learning community, e) Modeling, f) reflection, dan g) authentic assesment. Masing-masing komponen tersebut akan dibahas lebih jelas dalam makalah ini.
Makalah ini secara khusus akan membahas pengertian model pembelajaran kontekstual, dasar pemikirannya, komponen-komponennya, prinsip dasar pembelajaran kontekstual, karakteristik pembelajaran kontekstual, dan penerapan pembelajaran kontekstual. Dalam hal ini, penerapannya dicontohkan dalam materi Fiqih.
Dalam pembahasan ini diharapkan, makalah ini memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia pendidikan pada umumnyalebih khusus lagi bagi penulis pribadi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan peran sebagai guru.

B.   Rumusan Masalah
 1.   Apakah pengertian dari pembelajaran kontekstual?
 2.  Apakah prinsip pembelajaran kontekstual?
 3.  Apa saja komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran       kontekstual?
4.  Apa saja karakteristik pembelajaran kontekstual?
  5.  Apakah kelebihan dari pembelajaran kontekstual?
    6.  Apakah kelemahan dari pembelajaran kontekstual?
   7.  Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual?                   

C  Tujuan Penulisan
                                 1.   Mengetahui pengertian dari pembelajaran kontekstual
                       2. Mengetahui prinsip pembelajaran kontekstual
3.    Mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran  kontekstual
4.    Mengetahui karakteristik pembelajaran kontekstual
5.  Mengetahui kelebihan dari pembelajaran kontekstual
6.    Mengetahui kelemahan dari pembelajaran kontekstual
7.    Mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep belajar yuang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konsep ini, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Proses pembelajaran  lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menekankan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005:109)
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak mengharapakan agar peserta didik hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri semua materi pelajaran. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara materiyang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab hal ini dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya akan lebih bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori peserta didik sehingga tidak akan mudah terlupakan. Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik untuk dapat menerapkan pengetahuannaya dalam kehidupan. Artinya, pembelajaran  kontekstual tidak hanya mengharapkan peserta didik dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagia bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.
Sumber:Pembelajaran Tematik(Konsep dan Aplikasi), 2017:100-121
                                                                                               
B.       Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011: 80-81) adalah sebagai berikut. 
1.      Saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.
2.      Diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat. 
3.      Pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri.
Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
1.      Menekankan pada pemecaham masalah;
2.      Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja;
3.      Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali;
4.      Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa;
5.      Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama;
6.      Menggunakan penilaian otentik.
Lain halnya dengan Nurhadi, ia mengemukakan prinsip-prinsip pembelajara kontekstual yang perlu diperhatikan guru, yakni: 
(1)       merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial,
(2)       membentuk kelompok yang saling bergantung,
(3)       menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri,
(4)        mempertimbangkan keragaman siswa,
(5)        mempertimbangkan multi intelegensi siswa, 
(6)       menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan masalah, dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi,
(7)       menerapkan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari
 Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi pada upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni:
(1)              pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta;
(2)              Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan;
(3)              Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.

                                 Sumber:http://duniadesisrini.blogspot.com/2017/10/makalah-pembelajaran-kontekstual.html
C.  Komponen pembelajaran kontekstual
Penerapan pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 (tujuh) komponen utama pembelajaran efektif. Ketujuh komponen ini adalah sebagai berikut:
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Siswa membangun pemahaman  mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
Terdapat 5 (lima) elemen belajar yang konstruktivistik, yaitu (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), (2) pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), (3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (4) mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge), dan (5) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting knowledge). 
2. Inquiry
Inquiry (menemukan),  yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. Siswa diminta untuk menangani sendiri permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata.Dalam pembelajaran ini terdapat proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman serta siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
3. Questioning (Bertanya)
Bertanya, yaitu mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya. Melalui cara ini, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Siswa dirangsang untuk mengembangkan idenya dan pengujian baru yang inovatif, mengembangkan metode dan teknik untuk bertanya, bertukar pendapat dan berinteraksi.Dengan kegiatan bertanya ini , guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Masyarakat belajar yaitu menciptakan masyarakat belajar dalam suatu kelompok. Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolahnya, sehingga ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk mengembangkan pembahaman pembelajaran kontekstual. Misalnya dalam pembelajaran kontekstual siswa diajak ke sawah untuk melihat langsung bagai mana proses penanaman padi hingga panen dan menjadi beras.Dalam pembentukan masyarakat belajar  terdapat konsep bahwa bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, tukar pengalaman, dan berbagi ide.
5. Modeling (Pemodelan)
Pemodelan adalah menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Siswa menjadi mudah dalam belajar dan memahami  jika guru menyajikan baginya sebuah model bukan hanya berbentuk lisan. Siswa akan mampu mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukkan oleh guru.
6. Reflection (Refleksi)
Refleksi, yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Refleksi ini merupakan ringkasan dari materi pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa mengungkapkan secara tulisan maupun lisan apa yang telah mereka pelajari. Dalam menyimpulkan siswa dapat melakukannya dalam bentuk catatan apa yang telah dipelajari atau  membuat jurnal, karya seni, dan /atau diskusi kelompok
7. Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya)
Penilaian sebenarnya, yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Tujuannya adalah mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa melalui penilaian produk (kinerja) atau tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
D.   Karakteristik pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut :
a)      Kerjasama
b)      Saling menunjang
c)      Menyenangkan
d)     Tidak membosankan
e)      Belajar dengan bergairah
f)       Pembelajaran terintegrasi
g)      Menggunakan berbagai sumber
h)      Siswa aktif
i)    Sharing dengan teman
j)        Siswa kritis, guru kreatif
k)      Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dll
l)        Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dll.

E.   Kelebihan dari Pembelajaran Kontekstual
a) Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.
b) Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi
c) Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghadapi suatu permasalahan
d) Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan hasil pemikiran
e) Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.
                                    
 F.   Kelemahan dari Pembelajaran Kontekstual
a)      Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya
b)      Membutuhkan banyak biaya

                                 Sumber:http://duniadesisrini.blogspot.com/2017/10/makalah-pembelajaran-kontekstual.html

G. Penerapan pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan pada materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya. Penerapan pembelajaran kontekstual ini lebih cocok untuk materi-materi pelajaran yang mudah ditemui/ diamati dalam kehidupan dunia nyata.
Pembelajaran kontekstual dapat juga diterapkan dalam materi Pendidikan Agama Islam (PAI). Misalkan saja pembelajaran tentang materi Fikih dalam bab muamalah, maka guru dapat mengajak siswanya untuk pegi ke pasar dan mengamati bagaimana trasnsaksi jual beli itu berlangsung. Dengan modal pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, siswa akan mengkonstruksi pengetahuan barunya. Dengan begitu siswa akan lebih memahami bagaimana penerapan muamalah yang benar sesuai dengan materi yang ia terima dari gurunya. Pada sesi akhir pembelajaran, guru bersama para siswa melakukan kesimpulan dari hasil pembelajaran tersebut.
      
BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning / CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru dalam proses pembelajaran dengan mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa yang membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga Negara dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual/ CTL didasarkan pada filosofis paham konstruktivisme yang menekankan siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 (tujuh) komponen utama yaitu, a) konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning, d) learning community, e) Modeling, f) reflection, dan g) authentic assesment.
Prinsip dasar pembelajaran kontekstual adalah : 1) penekanan pada pemecahan masalah; 2) pengenalan pembelajaran berbagai konteks; 3) pemantauan dan pengarahan belajar aktif dan terkendali; 4) penekanan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; 5) mendorong siswa belajar bersama; 6) penilaian otentik. Pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa menguasai tiga hal, yaitu : pengetahuan, kompetensi/ keterampilan, dan pemahaman kontekstual.
Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut : a) kerjasama, b), saling menunjang, c) menyenangkan, d) tidak membosankan, e) belajar dengan bergairah, f) pembelajaran terintegrasi, g) menggunakan berbagai sumber, h) siswa aktif, i) sharing dengan teman, j) siswa kritis, guru kreatif, k) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, l) laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dll.
Penerapan pembelajaran kontekstual ini lebih cocok untuk materi-materi pelajaran yang mudah ditemui/ diamati dalam kehidupan dunia nyata. Pembelajaran kontekstual dalam materi Pendidikan Agama Islam (PAI), misalkan saja pembelajaran tentang materi Fikih dalam bab mua>malah, maka guru dapat mengajak siswanya pegi ke pasar dan mengamati bagaimana trasnsaksi jual beli itu berlangsung. Dengan begitu siswa akan lebih memahami bagaimana penerapan muamalah yang benar sesuai dengan materi yang ia terima dari gurunya. Pada sesi akhir pembelajaran, guru bersama para siswa melakukan kesimpulan dari hasil pembelajaran tersebut.

B.       SARAN
Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan pada pembelajaran kontekstual ini, maka guru dapat memilih materi mana yang cocok untuk digunakan dalam model pembelajaran kontekstual, sehingga dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

 Desisrini. 2017. Makalah Pembelajaran Kontekstual (online),

Anonim. 2015. Model Pembelajaran Kontekstual (online),

Tidak ada komentar: