Rabu, 23 Oktober 2019

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN


PENGANTAR PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun dalam segi psikologik. Bagaimana manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat beberapa pendapat mengenai faktor perkembangan manusia.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
B.     Pengertian
Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
Lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali gen-gen.   

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui teori-teori tentang pembawaan vs lingkungan
2.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan pembawaan dan lingkungan
3.      Memahami faktor yang mempengaruhi pembawaan vs lingkungan
4.      Dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang pembawaan vs lingkungan


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Munculnya Teori-teori Pembawaan vs Lingkungan
Manusia merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun dalam segi psikologik. Bagaimana manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat beberapa pendapat mengenai faktor perkembangan manusia, dari pendapat tersebut munculah beberapa teori yang berbeda antara teori satu dengan yang lainnya, antara lain:
1.      Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan di tentukan oleh faktor nativus, yaitu faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa oleh individu pada waktu di lahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Scgopenhauer (Bigot, Kohatamm, Palland, 1950).
Teori ini menimbulkan pandangan seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah sehingga individu akan sangat tergantung pada sifat-sifat yang di turunkan oleh orang tuanya. Bila orang tua tersebut baik, maka sifat individu tersebut akan baik, sebaliknya bila orang tuanya jahat akan menjadi jahat, sifat baik atau jahat itu tidak dapat diubah oleh kekuatan-kekuatan lain.
Teori ini menimbulkan konsekuensi pandangan bahwa manusia bila dilahirkan baik akan tetap baik, sebaliknya bila manusia dilahirkan jahat maka akan tetap menjadi jahat, yang tidak dapat diubah oleh pendidikan dan lingkungan.
Karena itu, teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimistis, yang memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya menghadapi perkembangan manusia. Teori ini lebih jauh dapat menimbulkan suatu pendaapat bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik, langkah yang dapat diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang, karena ini akan memberikan keturunan yang tidak baik pula. Tetapi ternyata teori ini tidak dapat di terima oleh ahli-ahli lain, ini terbukti dengan adanya teori-teori lain di antaranya seperti yang dikemukakan oleh William Stern.
2.  Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu tersebut. Dalam pengertian pengalaman termasuk juga pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori ini individu dilahirkan itu sebagai kertas putih bersih belum ada tulisannya, akan menjadi apakah individu tersebut, tergantung pada apa yang akan dituliskan di atasnya. Oleh karena itu peranan pendidikan sangatlah besar, pendidikan yang akan menentukan keadaan individu di kemudian hari. Karena itu, aliran atau teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering juga dikenal dengan teori “tabularasa”, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan.
Bila dilihat dari kedua teori tersebut, merupakan teori-teori yang bertentangan. Teori nativisme sangat menitikberatkan pada segi keturunan atau pembawaan, sebaliknya teori empirisme sangat menitikberatkan empiri, pada lingkungannya, keduanya merupakan teori yang sangat bersebelahan.Berhubungan dengan hal tersebut ada usaha untuk menggabungkan kedua teori tersebut, yaitu teori konvergensi.
3.  Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan (konvergen) dari kedua teori tersebut, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern. Menurut William Stern baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan termasuk pengalaman dan pendidikan yang merupakan faktor eksogen. Penyelidikan dari William Stern memberikan bukti tentang kebenaran dari teorinya. William Stern mengadakan penyelidikan dengan anak-anak kembar di Hamburg. Dilihat dari segi faktor endogen atau faktor genetik anak yang kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang dapat dikatakam sama. Anak-anak tersebut dipisahkan dari pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh lingkungan yang berbeda satu dengan yang lain. Pemisah itu segera dilaksanakan setelah kelahiran. Maka ternyata akhirnya anak-anak itu mempunyai sifat-sifat yang berbeda satu dengan yang lain, sekalipun secara keturunan mereka dapat dikatakan relatif mempunyai kesamaan. Perbedaan sifat yang ada pada anak itu disebabkan karena pengaruh lingkungan dimana anak tersebut berada. Dengan demikian ini dapat menyatakan bahwa faktor pembawaan tidak menentukan secara mutlak, pembawaan bukan satu-satunya faktor yang menentukan pribadi atau struktur kejiwaan seseorang. Kemudian penyelidikan semacam itu banyak dilakukan di tempat-tempat lain diantaranya di Chicago dan Texas.
Dari bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut, teori yang dikemukakan oleh William Stern merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh William Stern merupakan salah satu hukum perkembangan individu disamping adanya hukum-hukum perkembangan yang lainnya. Di Indonesia, teori konvergensi inilah yang dapat diterima, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:“tentang hubungan anatara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya “konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duanya saling mempengaruhi, hingga garis dasar itu selalu tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu.
Mengenai perlu tidaknya tuntutan di dalam tumbuhnya manusia, samalah keadannya dengan soal perlu atau tidaknya pemeliharaan dalam tumbuhnya tanam-tanaman. Misalnya, kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah baik, banyak airnya dan dapat sinar matahari maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya tanaman. Kalau tak ada pemeliharaan, sedangkan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air maka biji jagung itu walaupun dassarnya baik, tak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya, kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji lain-lainnya yang tidak baik dasarnya”. (Ki Hajar Dewantara 1962).

  
B.     Pembawaan VS Lingkungan
1.     Pembawaan
 Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan.
Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
a.     Struktur Pembawaan
Disamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya (dari potential ability menjadi actual ability), kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti : potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan anak-anak.
 Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya.Pembawaan (yang dibawa anak sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya.
 Pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapati kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Untuk menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan sama-sama dengan maksud sama pula.


b.     Beberapa Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan
Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut :
             1). Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2). Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.
3). Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing.
4). Pembawaan Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin.
Konstitusi tubuh : termasuk didalamnya : motorik, seperti sikap badan, v  sikap berjalan, raut muka, gerakan bicara.
Cara bekerja alat-alat indra : ada orang yang lebih menyukai beberapa  jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimiliki oleh ayah atau ibunya. Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar. Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien (IQ) serta tipe-tipe intelijensi.
Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang khas.
  Tempo dan ritme perkembangan (ingat pelajaran psikologi perkembangan)
2.    Lingkungan (environment)
Macam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Macam-macam lingkungan v
Lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali gen-gen. Menurut Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut :
1) Lingkungan alam/luar (eksternal or physical environment)
 2) Lingkungan dalam (internal environment), dan
 3) Lingkungan sosial/masyarakat (social environment)
 Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan? v
Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas). Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya. Menurut woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam :
1).  Individu bertentangan dengan lingkungannya,
2).  Individu menggunakan lingkungannya,
 3).  Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan
4). Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Individu itu    senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ (dalam arti luas) dengan lingkungannya. Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti :
a). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian autoplastis)
b). Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri penyesuaian diri alloplastis
       C.   Faktor Pembawaan vs Lingkungan
Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena individu itu terjadi dari bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di muka faktor endogen dalam perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktopr eksogen. Apa saja faktor-faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa sewaktu individu dilahirkan telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang berhubungan dengan faktor-faktor kejasmanian, misalnya bagaimana kulitnya putih, hitam atau coklat, bagaimana keadaan rambutnya, pirang, dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang mereka dapatkan karena faktor keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel.
Faktor pembawaab yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih, bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya warna cokelat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.
Disamping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan sifat psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani, yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia.
Seperti dikemukakan oleh Hyocrates dan Galenus, yang menghubungkan sifat-sifat kejasmanian (struktur kejasmanian) dengan sifat psikologik dari individu yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal ini ada beberapa tipe temperamen dari manusia, yaitu “sanguinicus, flegmaticus, cholericus, melancholicus”. Temperamen adalah berbeda dengan karakter atau watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu dipersamakan satu dengan yang lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro, bahwa pada individu ada bagian yang dapat berubah dan ada yang tidak dapat diubah. Yang tidak dapat diubah inilah yang bersifat konstan yaitu yang berhubungan dengan temperamen.
Selain individu mempunyai pembawaan-pembawaan yang berhubungan dengan sifat-sifat kejasmanian dan temperamen, maka individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat. Bakat bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dibawa individu sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi yang berisi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah sesuatu yang telah terjadi, yang telah terbentuk pada waktu individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi saja.
Agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut. Karena itu, untuk dapat beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang memungkinkan. Untuk mengaktualisasikan bakat diperlukan lingkungan yang baik, yang mendukung, di sinilah letak peranan lingkungan dalam perkembangan individu. Karena itu, langkah yang baik ialah memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat sebaik-baiknya. Untuk dapat mengetahui bakat seseorang umumnya digunakan tes bakat (aptitude test) seperti telah dipaparkan di muka.
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat diingkari bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu. Lingkungan ini secara garis besar dapat dibedakan:
·         Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim, dsb. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu. Misalnya daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
·         Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan masyarakat ini ada interaksi individu satu dengan individu lainnya. Keadaan individupun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan menjadi:
a.  Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan dimana terdapaat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, anggota satu dengan yang lain saling kenal dengan baik. Oleh karena di antara anggota telah ada hubungan yang erat maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.
 b. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang berhubungan dengan anggotanya agak longgar. Pada umumnya antara anggota satu dengan anggota lainnya tidak saling mengenal. Karena itu, pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.
Pengaruh lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat kompleks dalam perkembangan individu, hal ini secara mendalam dibicarakan tersendiri dalam psikologi sosial. Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.        Individu menolak atau menentang lingkungan.
Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan. Misalnya, akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini dibuat tanggul untuk melawan pengaruh dari lingkungan itu, sehingga orang tidak menerima begitu saja.
2.        Dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah norma yang tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif memberikan pengaruh terhadap lingkungannya.
3.        Individu menerima lingkungan.Dalam hal ini keadaan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu. Dengan demikian, individu akan menerima lingkungan itu.
4.        Individu bersikap netral.
Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan “status quo” terhadap lingkungan.



BAB III

 PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bahwa semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh pembawaannya. Nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang lainnya.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu, berkembang menjadi sifat-sifat.
Tetapi ada teori konvergensi yang merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu. Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir (endogen).
B.     SARAN
Setelah mempelajari materi tentang  Pembawaan VS Lingkungan ini diharapkan tidak lagi terjadi salah dalam mengartikan tentang  pembawaan vs lingkungan. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita memperdalam ilmu pengetahuan agar kita mampu memahami materi tersebut.


Tidak ada komentar: