PENGANTAR PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan
dengan makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi
fisiologik maupun dalam segi psikologik. Bagaimana manusia berkembang
dibicarakan secara mendalam dalam psikologi khusus yang membicarakan tentang
masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai
faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat
beberapa pendapat mengenai faktor perkembangan manusia.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya
berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh
terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat
hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi
individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
B. Pengertian
Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel),
yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan,
inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
Lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi
dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life process kita kecuali
gen-gen.
C. TUJUAN
1. Mengetahui teori-teori
tentang pembawaan vs lingkungan
2. Mengetahui apa yang
dimaksud dengan pembawaan dan lingkungan
3. Memahami faktor yang
mempengaruhi pembawaan vs lingkungan
4. Dapat memberikan informasi
kepada pembaca tentang pembawaan vs lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Munculnya Teori-teori Pembawaan vs
Lingkungan
Manusia merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan
dengan makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi
fisiologik maupun dalam segi psikologik. Bagaimana manusia berkembang
dibicarakan secara mendalam dalam psikologi khusus yang membicarakan tentang
masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai
faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat
beberapa pendapat mengenai faktor perkembangan manusia, dari pendapat tersebut
munculah beberapa teori yang berbeda antara teori satu dengan yang lainnya,
antara lain:
1. Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan di tentukan
oleh faktor nativus, yaitu faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa
oleh individu pada waktu di lahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu
dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan
menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu
lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh
terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Scgopenhauer
(Bigot, Kohatamm, Palland, 1950).
Teori ini menimbulkan pandangan seakan-akan manusia telah
ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah sehingga
individu akan sangat tergantung pada sifat-sifat yang di turunkan oleh orang
tuanya. Bila orang tua tersebut baik, maka sifat individu tersebut akan baik,
sebaliknya bila orang tuanya jahat akan menjadi jahat, sifat baik atau jahat
itu tidak dapat diubah oleh kekuatan-kekuatan lain.
Teori ini menimbulkan konsekuensi pandangan bahwa manusia bila
dilahirkan baik akan tetap baik, sebaliknya bila manusia dilahirkan jahat maka
akan tetap menjadi jahat, yang tidak dapat diubah oleh pendidikan dan
lingkungan.
Karena itu, teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan
yang pesimistis, yang memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak
berdaya menghadapi perkembangan manusia. Teori ini lebih jauh dapat menimbulkan
suatu pendaapat bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik, langkah yang
dapat diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota
masyarakat yang tidak baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang, karena ini
akan memberikan keturunan yang tidak baik pula. Tetapi ternyata teori ini tidak
dapat di terima oleh ahli-ahli lain, ini terbukti dengan adanya teori-teori
lain di antaranya seperti yang dikemukakan oleh William Stern.
2. Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang akan
ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama
perkembangan individu tersebut. Dalam pengertian pengalaman termasuk juga
pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori ini
individu dilahirkan itu sebagai kertas putih bersih belum ada tulisannya, akan
menjadi apakah individu tersebut, tergantung pada apa yang akan dituliskan di
atasnya. Oleh karena itu peranan pendidikan sangatlah besar, pendidikan yang
akan menentukan keadaan individu di kemudian hari. Karena itu, aliran atau
teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang
memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk
pribadi individu. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering
juga dikenal dengan teori “tabularasa”, yang memandang keturunan atau pembawaan
tidak mempunyai peranan.
Bila dilihat dari kedua teori tersebut, merupakan teori-teori yang
bertentangan. Teori nativisme sangat menitikberatkan pada segi keturunan atau
pembawaan, sebaliknya teori empirisme sangat menitikberatkan empiri, pada
lingkungannya, keduanya merupakan teori yang sangat bersebelahan.Berhubungan
dengan hal tersebut ada usaha untuk menggabungkan kedua teori tersebut, yaitu
teori konvergensi.
3. Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan (konvergen) dari kedua teori
tersebut, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern. Menurut
William Stern baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai
peranan yang penting dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan
ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan
termasuk pengalaman dan pendidikan yang merupakan faktor eksogen. Penyelidikan
dari William Stern memberikan bukti tentang kebenaran dari teorinya. William
Stern mengadakan penyelidikan dengan anak-anak kembar di Hamburg. Dilihat dari
segi faktor endogen atau faktor genetik anak yang kembar mempunyai sifat-sifat
keturunan yang dapat dikatakam sama. Anak-anak tersebut dipisahkan dari
pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh lingkungan yang berbeda satu dengan
yang lain. Pemisah itu segera dilaksanakan setelah kelahiran. Maka ternyata
akhirnya anak-anak itu mempunyai sifat-sifat yang berbeda satu dengan yang
lain, sekalipun secara keturunan mereka dapat dikatakan relatif mempunyai
kesamaan. Perbedaan sifat yang ada pada anak itu disebabkan karena pengaruh
lingkungan dimana anak tersebut berada. Dengan demikian ini dapat menyatakan
bahwa faktor pembawaan tidak menentukan secara mutlak, pembawaan bukan satu-satunya
faktor yang menentukan pribadi atau struktur kejiwaan seseorang. Kemudian
penyelidikan semacam itu banyak dilakukan di tempat-tempat lain diantaranya di
Chicago dan Texas.
Dari bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut, teori
yang dikemukakan oleh William Stern merupakan teori yang dapat diterima oleh
para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh William Stern
merupakan salah satu hukum perkembangan individu disamping adanya hukum-hukum
perkembangan yang lainnya. Di Indonesia, teori konvergensi inilah yang dapat
diterima, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:“tentang
hubungan anatara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan
adanya “konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duanya saling mempengaruhi,
hingga garis dasar itu selalu tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu.
Mengenai perlu tidaknya tuntutan di dalam tumbuhnya manusia,
samalah keadannya dengan soal perlu atau tidaknya pemeliharaan dalam tumbuhnya
tanam-tanaman. Misalnya, kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada
tanah baik, banyak airnya dan dapat sinar matahari maka pemeliharaan dari bapak
tani tentu akan menambah baiknya tanaman. Kalau tak ada pemeliharaan, sedangkan
tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar
matahari atau kekurangan air maka biji jagung itu walaupun dassarnya baik, tak
akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya, kalau sebutir
jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang
sebaik-baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik
daripada biji lain-lainnya yang tidak baik dasarnya”. (Ki Hajar Dewantara
1962).
B. Pembawaan VS Lingkungan
1. Pembawaan
Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan
dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan
pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan
pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan.
Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel),
yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan,
inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
a. Struktur Pembawaan
Disamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang
ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum
pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya (dari potential ability
menjadi actual ability), kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam
pembawaan (potensi-potensi) itu seperti : potensi untuk belajar ilmu pasti,
berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan
anak-anak.
Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh
kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai
perwujudannya.Pembawaan (yang dibawa anak sejak lahir) adalah potensi-potensi
yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya.
Pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama
maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapati kedua istilah itu sejajar,
sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Untuk
menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan
sama-sama dengan maksud sama pula.
b. Beberapa Macam Pembawaan dan
Pengaruh Keturunan
Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam
pembawaan berikut :
1).
Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan
jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya,
intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang
khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2). Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi
bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu
pembawaan keturunan mengenai ras.
3). Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan
jenis kelamin masing-masing.
4). Pembawaan Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang
sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual
(pembawaan perseorangan) yang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah
pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin.
Konstitusi tubuh : termasuk didalamnya : motorik, seperti sikap
badan, v sikap
berjalan, raut muka, gerakan bicara.
Cara bekerja alat-alat indra : ada orang yang lebih menyukai
beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang
dimiliki oleh ayah atau ibunya. Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar.
Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien (IQ) serta tipe-tipe intelijensi.
Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang khas.
Tempo dan ritme perkembangan (ingat pelajaran
psikologi perkembangan)
2. Lingkungan (environment)
Macam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi
dengan lingkungannya.
Macam-macam lingkungan v
Lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi
dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali
gen-gen. Menurut Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai
berikut :
1) Lingkungan alam/luar (eksternal or physical environment)
2) Lingkungan dalam (internal environment), dan
3) Lingkungan sosial/masyarakat (social environment)
Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan? v
Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik
dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas). Dari
rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat
dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa
sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya. Menurut woodworth,
cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi
4 macam :
1). Individu bertentangan dengan lingkungannya,
2). Individu menggunakan lingkungannya,
3). Individu berpartisipasi dengan
lingkungannya, dan
4). Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Individu
itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “
(dalam arti luas) dengan lingkungannya. Dalam arti yang luas menyesuaikan diri
itu berarti :
a). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian
autoplastis)
b). Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri
penyesuaian diri alloplastis
C. Faktor
Pembawaan vs Lingkungan
Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu
sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen merupakan faktor
keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena individu itu terjadi dari
bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah maka tidaklah mengherankan kalau
faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti
orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di muka faktor endogen dalam
perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktopr eksogen. Apa saja
faktor-faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa sewaktu individu
dilahirkan telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang
berhubungan dengan faktor-faktor kejasmanian, misalnya bagaimana kulitnya
putih, hitam atau coklat, bagaimana keadaan rambutnya, pirang, dan sebagainya.
Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang mereka dapatkan karena faktor
keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel.
Faktor pembawaab yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada
umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk mempunyai
warna kulit yang putih, bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor
keturunan kulitnya warna cokelat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.
Disamping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan
sifat psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani, yaitu
temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya
dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan
fungsi-fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain,
yang terdapat dalam diri manusia.
Seperti dikemukakan oleh Hyocrates dan Galenus, yang
menghubungkan sifat-sifat kejasmanian (struktur kejasmanian) dengan sifat
psikologik dari individu yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal ini ada
beberapa tipe temperamen dari manusia, yaitu “sanguinicus, flegmaticus,
cholericus, melancholicus”. Temperamen adalah berbeda dengan karakter atau
watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu dipersamakan satu dengan yang
lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang
nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun
lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah
sesuai dengan pengaruh lingkungan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantoro, bahwa pada individu ada bagian yang dapat berubah dan ada yang tidak
dapat diubah. Yang tidak dapat diubah inilah yang bersifat konstan yaitu yang
berhubungan dengan temperamen.
Selain individu mempunyai pembawaan-pembawaan yang berhubungan
dengan sifat-sifat kejasmanian dan temperamen, maka individu masih mempunyai
sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat. Bakat bukanlah merupakan satu-satunya
faktor yang dibawa individu sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi yang
berisi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah
sesuatu yang telah terjadi, yang telah terbentuk pada waktu individu dilahirkan,
tetapi baru merupakan potensi saja.
Agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk
dapat mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut. Karena itu, untuk dapat
beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang memungkinkan. Untuk mengaktualisasikan
bakat diperlukan lingkungan yang baik, yang mendukung, di sinilah letak peranan
lingkungan dalam perkembangan individu. Karena itu, langkah yang baik ialah
memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat sebaik-baiknya. Untuk dapat
mengetahui bakat seseorang umumnya digunakan tes bakat (aptitude test) seperti
telah dipaparkan di muka.
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun
tidak dapat diingkari bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan
individu. Lingkungan ini secara garis besar dapat dibedakan:
· Lingkungan
fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan
musim, dsb. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda
pula pada individu. Misalnya daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang
lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin
akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
· Lingkungan
sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan
masyarakat ini ada interaksi individu satu dengan individu lainnya. Keadaan
individupun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu.
Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan menjadi:
a. Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan dimana
terdapaat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya,
anggota satu dengan yang lain saling kenal dengan baik. Oleh karena di antara
anggota telah ada hubungan yang erat maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan
sosial ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang
hubungannya tidak erat.
b. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial
yang berhubungan dengan anggotanya agak longgar. Pada umumnya antara anggota
satu dengan anggota lainnya tidak saling mengenal. Karena itu, pengaruh
lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan
pengaruh lingkungan sosial primer.
Pengaruh lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat
kompleks dalam perkembangan individu, hal ini secara mendalam dibicarakan
tersendiri dalam psikologi sosial. Hubungan individu dengan lingkungannya
ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang
mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dengan
lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan
dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi
lingkungan.
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Individu
menolak atau menentang lingkungan.
Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam
diri individu. Dalam keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan
bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang
bersangkutan. Misalnya, akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi
ini dibuat tanggul untuk melawan pengaruh dari lingkungan itu, sehingga orang
tidak menerima begitu saja.
2. Dalam
kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma
dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah norma yang
tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif memberikan
pengaruh terhadap lingkungannya.
3. Individu
menerima lingkungan.Dalam hal ini keadaan sesuai atau sejalan dengan yang ada
dalam diri individu. Dengan demikian, individu akan menerima lingkungan itu.
4. Individu
bersikap netral.
Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi juga tidak menolak.
Individu dalam keadaan “status quo” terhadap lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan
oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh
pembawaannya. Nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah
pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang
lainnya.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia
sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau
penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh
faktor-faktor lingkungan tertentu, berkembang menjadi sifat-sifat.
Tetapi ada teori konvergensi yang merupakan teori gabungan baik
pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai peranan penting di dalam
perkembangan individu. Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir (endogen).
B. SARAN
Setelah mempelajari materi tentang Pembawaan VS
Lingkungan ini diharapkan tidak lagi terjadi salah dalam mengartikan
tentang pembawaan vs lingkungan. Oleh karena itu, sudah seharusnya
kita memperdalam ilmu pengetahuan agar kita mampu memahami materi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar