MAKALAH
PENGANTAR
PENDIDIKAN
(
Pembawaan VS Lingkungan)
Disusun oleh :
Nursiah_H0417334
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Jamil,
M.Pd
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas sulawesi barat
Tahun Akademik: 2018/2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak
nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikmat
yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga merasa sangat
bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula
kami dapat menyelesaikan penulisan tugas mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN dengan topik inti “ Pembawaan VS Lingkungan” ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak
DR. Muhammad Jamil, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN serta semua pihak
yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari makalah ini masih bersifat sederhana dan terbatas baik isi maupun
kajiannya.Oleh karena itu,diperlukan saran dan kritik guna memperbaiki
penyusunan makalah selanjutnya.
Demikian, semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan pengantar pendidikan.
Majene, 15 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang....................................................................... 1
B.
Pengertian.............................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Munculnya Teori-teori............................................................ 3
B.
Pembawaan dan Lingkungan................................................. 6
C. Faktor
Pembawaan dan Lingkungan.................................... 10
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................... 14
B. Saran
.................................................................................... 14
Daftar Pustaka............................................................................................ 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang
lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan
mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun dalam segi
psikologik. Bagaimana manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam
psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam
kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam
perkembangan manusia ternyata terdapat beberapa pendapat mengenai faktor
perkembangan manusia.
Hubungan
individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti
hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan
antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling
timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya
individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
B. Pengertian
Pembawaan atau
bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan
yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan
pembawaan (aanleg).
Lingkungan
(environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan
atau life process kita kecuali gen-gen.
C. TUJUAN
1.
Mengetahui teori-teori tentang pembawaan
vs lingkungan
2.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan
pembawaan dan lingkungan
3.
Memahami faktor yang mempengaruhi
pembawaan vs lingkungan
4. Dapat
memberikan informasi kepada pembaca tentang pembawaan vs lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Munculnya
Teori-teori Pembawaan vs Lingkungan
Manusia
merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang
lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan
mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun dalam segi
psikologik. Bagaimana manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam
psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam
kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam
perkembangan manusia ternyata terdapat beberapa pendapat mengenai faktor
perkembangan manusia, dari pendapat tersebut munculah beberapa teori yang
berbeda antara teori satu dengan yang lainnya, antara lain:
1.
Teori
Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan di
tentukan oleh faktor nativus, yaitu faktor keturunan yang merupakan faktor yang
dibawa oleh individu pada waktu di lahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu
dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan
menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu
lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh
terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Scgopenhauer
(Bigot, Kohatamm, Palland, 1950).
Teori ini menimbulkan pandangan
seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak
dapat diubah sehingga individu akan sangat tergantung pada sifat-sifat yang di
turunkan oleh orang tuanya. Bila orang tua tersebut baik, maka sifat individu
tersebut akan baik, sebaliknya bila orang tuanya jahat akan menjadi jahat,
sifat baik atau jahat itu tidak dapat diubah oleh kekuatan-kekuatan lain.
Teori ini menimbulkan konsekuensi
pandangan bahwa manusia bila dilahirkan baik akan tetap baik, sebaliknya bila
manusia dilahirkan jahat maka akan tetap menjadi jahat, yang tidak dapat diubah
oleh pendidikan dan lingkungan.
Karena
itu, teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimistis, yang
memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya menghadapi
perkembangan manusia. Teori ini lebih jauh dapat menimbulkan suatu pendaapat
bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik, langkah yang dapat diambil ialah
mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak
baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang, karena ini akan memberikan
keturunan yang tidak baik pula. Tetapi ternyata teori ini tidak dapat di terima
oleh ahli-ahli lain, ini terbukti dengan adanya teori-teori lain di antaranya
seperti yang dikemukakan oleh William Stern.
2.
Teori Empirisme
Teori
ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang akan ditentukan oleh empirinya atau
pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu tersebut.
Dalam pengertian pengalaman termasuk juga pendidikan yang diterima oleh
individu yang bersangkutan. Menurut teori ini individu dilahirkan itu sebagai
kertas putih bersih belum ada tulisannya, akan menjadi apakah individu
tersebut, tergantung pada apa yang akan dituliskan di atasnya. Oleh karena itu
peranan pendidikan sangatlah besar, pendidikan yang akan menentukan keadaan
individu di kemudian hari. Karena itu, aliran atau teori ini dalam lapangan
pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa
pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu.
Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering juga dikenal
dengan teori “tabularasa”, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak
mempunyai peranan.
Bila
dilihat dari kedua teori tersebut, merupakan teori-teori yang bertentangan.
Teori nativisme sangat menitikberatkan pada segi keturunan atau pembawaan,
sebaliknya teori empirisme sangat menitikberatkan empiri, pada lingkungannya,
keduanya merupakan teori yang sangat bersebelahan.Berhubungan dengan hal
tersebut ada usaha untuk menggabungkan kedua teori tersebut, yaitu teori
konvergensi.
3.
Teori Konvergensi
Teori
ini merupakan teori gabungan (konvergen) dari kedua teori tersebut, yaitu suatu
teori yang dikemukakan oleh William Stern. Menurut William Stern baik pembawaan
maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam
perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor
yang dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan termasuk pengalaman dan
pendidikan yang merupakan faktor eksogen. Penyelidikan dari William Stern
memberikan bukti tentang kebenaran dari teorinya. William Stern mengadakan
penyelidikan dengan anak-anak kembar di Hamburg. Dilihat dari segi faktor
endogen atau faktor genetik anak yang kembar mempunyai sifat-sifat keturunan
yang dapat dikatakam sama. Anak-anak tersebut dipisahkan dari pasangannya dan
ditempatkan pada pengaruh lingkungan yang berbeda satu dengan yang lain.
Pemisah itu segera dilaksanakan setelah kelahiran. Maka ternyata akhirnya
anak-anak itu mempunyai sifat-sifat yang berbeda satu dengan yang lain,
sekalipun secara keturunan mereka dapat dikatakan relatif mempunyai kesamaan.
Perbedaan sifat yang ada pada anak itu disebabkan karena pengaruh lingkungan
dimana anak tersebut berada. Dengan demikian ini dapat menyatakan bahwa faktor
pembawaan tidak menentukan secara mutlak, pembawaan bukan satu-satunya faktor
yang menentukan pribadi atau struktur kejiwaan seseorang. Kemudian penyelidikan
semacam itu banyak dilakukan di tempat-tempat lain diantaranya di Chicago dan
Texas.
Dari
bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut, teori yang dikemukakan oleh
William Stern merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya,
sehingga teori yang dikemukakan oleh William Stern merupakan salah satu hukum
perkembangan individu disamping adanya hukum-hukum perkembangan yang lainnya.
Di Indonesia, teori konvergensi inilah yang dapat diterima, seperti yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:“tentang hubungan anatara dasar dan
keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya “konvergensi” yang
berarti bahwa kedua-duanya saling mempengaruhi, hingga garis dasar itu selalu
tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu.
Mengenai
perlu tidaknya tuntutan di dalam tumbuhnya manusia, samalah keadannya dengan
soal perlu atau tidaknya pemeliharaan dalam tumbuhnya tanam-tanaman. Misalnya,
kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah baik, banyak airnya
dan dapat sinar matahari maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah
baiknya tanaman. Kalau tak ada pemeliharaan, sedangkan tanahnya tidak baik,
atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau
kekurangan air maka biji jagung itu walaupun dassarnya baik, tak akan dapat
tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya, kalau sebutir jagung tidak
baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh
bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji
lain-lainnya yang tidak baik dasarnya”. (Ki Hajar Dewantara 1962).
B.
Pembawaan VS Lingkungan
1.
Pembawaan
Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang
keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan
dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud
dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan.
Pembawaan atau bakat terkandung dalam
sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan
oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan
(aanleg).
a. Struktur Pembawaan
Disamping kita
memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat
kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri
dalam perwujudannya (dari potential ability menjadi actual ability), kita
hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu
seperti : potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik
dan lain-lain merupakan struktur pembawaan anak-anak.
Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah
seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang
mencapai perwujudannya.Pembawaan (yang dibawa anak sejak lahir) adalah
potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga
mencapai perwujudannya.
Pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang
sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapati kedua istilah itu sejajar,
sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Untuk
menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan
sama-sama dengan maksud sama pula.
b. Beberapa Macam Pembawaan dan Pengaruh
Keturunan
Perlu pula kiranya kita singgung sedikit
beberapa macam pembawaan berikut :
1).
Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya
telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya,
anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu
menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2).
Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih
terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan,
yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.
3).
Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia
yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing.
4).
Pembawaan Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan terebut
diatas, tiap orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat
individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal, banyak ditentukan oleh
keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin.
Konstitusi
tubuh : termasuk didalamnya : motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, raut muka, gerakan bicara.
Cara bekerja alat-alat indra : ada
orang yang lebih menyukai beberapa jenis
perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimiliki oleh ayah atau
ibunya.
Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan
belajar.
Tipe-tipe perhatian, intelijensi
kosien (IQ) serta tipe-tipe intelijensi.
Cara-cara
berlangsungnya emosi-emosi yang khas.
Tempo
dan ritme perkembangan (ingat pelajaran psikologi perkembangan)
2.
Lingkungan (environment)
Macam-macam lingkungan dan bagaimana
individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Macam-macam
lingkungan
Lingkungan
(environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan
atau life process kita kecuali gen-gen. Menurut Sertain lingkungan itu
dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut :
1) Lingkungan alam/luar (eksternal or
physical environment)
2) Lingkungan dalam (internal
environment), dan
3) Lingkungan sosial/masyarakat
(social environment)
Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?
Kepribadian adalah organisasi dinamis
daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya
yang unik (khas). Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian
manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu
saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya. Menurut
woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat
dibedakan menjadi 4 macam :
1).
Individu bertentangan dengan lingkungannya,
2). Individu
menggunakan lingkungannya,
3). Individu berpartisipasi dengan
lingkungannya, dan
4). Individu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.Individu itu senantiasa
berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ (dalam arti luas) dengan lingkungannya.
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti :
a). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan
(penyesuaian autoplastis)
b). Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan)
diri penyesuaian diri alloplastis
C.
Faktor Pembawaan vs Lingkungan
Faktor
endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan
hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor
pembawaan. Oleh karena individu itu terjadi dari bertemunya ovum dari ibu dan
sperma dari ayah maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa
oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya.
Tetapi
seperti telah dikemukakan di muka faktor endogen dalam perkembangan selanjutnya
dipengaruhi oleh faktopr eksogen. Apa saja faktor-faktor endogen ini? Kenyataan
menunjukkan bahwa sewaktu individu dilahirkan telah ada sifat-sifat yang
tertentu terutama sifat-sifat yang berhubungan dengan faktor-faktor
kejasmanian, misalnya bagaimana kulitnya putih, hitam atau coklat, bagaimana
keadaan rambutnya, pirang, dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan
sifat-sifat yang mereka dapatkan karena faktor keturunan, seperti yang dikenal
dengan hukum Mendel.
Faktor
pembawaab yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat
diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih,
bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya warna
cokelat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.
Disamping
itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan sifat psikologik yang erat
hubungannya dengan keadaan jasmani, yaitu temperamen. Temperamen merupakan
sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian
seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologik seperti
darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia.
Seperti
dikemukakan oleh Hyocrates dan Galenus, yang menghubungkan sifat-sifat
kejasmanian (struktur kejasmanian) dengan sifat psikologik dari individu yang
bersangkutan. Sehubungan dengan hal ini ada beberapa tipe temperamen dari
manusia, yaitu “sanguinicus, flegmaticus, cholericus, melancholicus”.
Temperamen adalah berbeda dengan karakter atau watak, yang kadang-kadang kedua
pengertian itu dipersamakan satu dengan yang lain. Karakter atau watak yaitu
merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatannya
sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun lingkungan. Temperamen pada umumnya
bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan.
Seperti apa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro, bahwa pada individu ada
bagian yang dapat berubah dan ada yang tidak dapat diubah. Yang tidak dapat
diubah inilah yang bersifat konstan yaitu yang berhubungan dengan temperamen.
Selain
individu mempunyai pembawaan-pembawaan yang berhubungan dengan sifat-sifat
kejasmanian dan temperamen, maka individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan
yang berupa bakat. Bakat bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dibawa
individu sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi yang berisi
kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah sesuatu
yang telah terjadi, yang telah terbentuk pada waktu individu dilahirkan, tetapi
baru merupakan potensi saja.
Agar
potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat
mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut. Karena itu, untuk dapat beraktualisasi
karena kesempatan tidak atau kurang memungkinkan. Untuk mengaktualisasikan
bakat diperlukan lingkungan yang baik, yang mendukung, di sinilah letak peranan
lingkungan dalam perkembangan individu. Karena itu, langkah yang baik ialah
memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat sebaik-baiknya. Untuk dapat
mengetahui bakat seseorang umumnya digunakan tes bakat (aptitude test) seperti
telah dipaparkan di muka.
Sekalipun
pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat diingkari bahwa
peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu. Lingkungan ini secara
garis besar dapat dibedakan:
·
Lingkungan
fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan
musim, dsb. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda
pula pada individu. Misalnya daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang
lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin
akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
·
Lingkungan
sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan
masyarakat ini ada interaksi individu satu dengan individu lainnya. Keadaan
individupun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu.
Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan menjadi:
a. Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan
dimana terdapaat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang
lainnya, anggota satu dengan yang lain saling kenal dengan baik. Oleh karena di
antara anggota telah ada hubungan yang erat maka sudah tentu pengaruh dari
lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan
sosial yang hubungannya tidak erat.
b. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan
sosial yang berhubungan dengan anggotanya agak longgar. Pada umumnya antara
anggota satu dengan anggota lainnya tidak saling mengenal. Karena itu, pengaruh
lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan
pengaruh lingkungan sosial primer.
Pengaruh
lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat kompleks dalam
perkembangan individu, hal ini secara mendalam dibicarakan tersendiri dalam
psikologi sosial. Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya
berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh
terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat
hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi
individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
Bagaimana
sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Individu
menolak atau menentang lingkungan.
Dalam
keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam
keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan bentuk atau perubahan
lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan. Misalnya,
akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini dibuat tanggul untuk
melawan pengaruh dari lingkungan itu, sehingga orang tidak menerima begitu
saja.
Dalam
kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma dalam
sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah norma yang tidak
baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif memberikan
pengaruh terhadap lingkungannya.
1.
Individu
menerima lingkungan.
Dalam
hal ini keadaan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu. Dengan
demikian, individu akan menerima lingkungan itu.
2. Individu bersikap netral.
Dalam
hal ini individu tidak menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam
keadaan “status quo” terhadap lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bahwa semua yang berkembang dalam diri
suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan
adapula lebih ditentukan oleh pembawaannya. Nativisme mengatakan bahwa
pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang
bertentangan satu dengan yang lainnya.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan jalan
perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun
temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas
di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu, berkembang menjadi
sifat-sifat.
Tetapi ada teori konvergensi yang
merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai
peranan penting di dalam perkembangan individu. Perkembangan individu sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir (endogen).
B.
SARAN
Setelah mempelajari materi
tentang Pembawaan VS Lingkungan ini
diharapkan tidak lagi terjadi salah dalam mengartikan tentang pembawaan vs lingkungan. Oleh karena itu,
sudah seharusnya kita memperdalam ilmu pengetahuan agar kita mampu memahami
materi tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Aprileopgsd. 2013. Makalah Psikologi Manusia Pembawaan dan
Lingkungan, (online)
https://aprileopgsd.wordpress.com/2013/05/23/makalah-psikologi-manusia-pembawaan-dan-lingkungan/. Diakses 15
Oktober 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar